Jumat, 09 Juli 2010

Malam Kelabu

Malam ini begitu sunyi, kesunyian hatiku tak seorang pun yang dapat mengisi. Apalagi, semenjak kepergiannya menuju taman surgawi. Seolah jiwaku tidak menginginkan kembali adanya kekasih hati. Dialah satu-satunya lelaki yang kucintai sepenuh jiwa, lelaki yang dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan cinta padaku. Dia adalah suami yang selalu aku taati, dia adalah imam yang selalu aku ikuti, dia adalah guru yang selalu memberikan pengetahuan baru dalam hidupku, dia adalah pemimpin bagiku. Kesabarannya, kelembutannya, kebijaksanaannya, kejujurannya, dan kesetiaannya tak mungkin tergantikan dengan yang lain. Dahulu hari-hariku dipenuhi oleh canda tawanya, tetapi sekarang aku sendiri tanpa kekasihku. Kesendirian yang ditemani oleh bayang-bayang mas Farhan. Ya, Farhan, itulah nama suamiku, seorang lelaki yang memberikan kebahagiaan dalam hidupku.


Pertemuanku dengannya diawali dengan sebuah salam. Bagi aku dan keluarga, ini adalah awal yang baik bagi sebuah jalinan kasih antar insan manusia. Kalimat yang takkan ku lupa darinya adalah “Insya Allah, Kau adalah wanita impianku yang akan selalu ada di sisiku, baik di dunia ataupun di akhirat.”, kata Farhan. Mendengar itu, hatiku pun berkata “Ialah seseorang yang dapat membimbingmu menuju istana permata di surga-Nya.” Dan aku pun berfikir akan selalu setia padanya dan berusaha menjadi seorang istri yang baik. Setelah beberapa bulan pernikahan kami, Alhamdulillah, Allah memberikan kepercayaan kepadaku dan mas Farhan untuk menjaga janin yang sekarang telah menyatu dalam tubuh dan jiwaku. Betapa senangnya kami berdua dengan kabar gembira ini. Setiap pulang kerja, mas Farhan selalu membelikanku makanan dengan sayur-sayuran dan buahnya, menyiapkan susu untukku dan sang bayi dalam perutku, memanjakanku dengan segala kelembutannya, dan selalu berbicara dengan sang bayi dengan mengelus-elus perutku yang mulai membesar. Aku pun tak lupa selalu bersedekah dan membaca mushaf Qur’an yang ada di samping ranjangku. Menjaga dengan penuh kasih sayang dan berharap anak ini akan tumbuh seperti ayahnya. Setiap akhir pekan, aku selalu ditemani mas Farhan untuk menghirup udara segar dan berjalan-jalan di taman. Seperti perkataan ibu mas Farhan atau mertuaku, banyak jalan sangat bagus bagi ibu yang sedang hamil agar mudah dalam proses melahirkan. Aku pun merasa bagaikan wanita yang paling bahagia di dunia ini, ada suami yang sangat menyayangiku, ada orang tua yang perhatian padaku, dan sebentar lagi akan ada buah hati yang melengkapi semuanya. Melengkapi kehidupanku yang akan sempurna dan indah ini. Tetapi apa daya diri ini, aku hanyalah seorang manusia biasa yang hanya bisa menjaga apa yang aku miliki, hanya bisa berusaha atas apa yang aku inginkan dan berdoa agar apa yang aku inginkan itu di kabulkan oleh yang Mahakuasa. Ini adalah bulan kesembilan atas kehamilanku dan dokter mengatakan bahwa tiga hari lagi aku akan melahirkan. Hari yang ku tunggu-tunggu telah tiba, aku dan mas Farhan sudah mempersiapkan segalanya untuk bayi ini. Sebelum memasuki ruang operasi, mas Farhan terlihat begitu senang dan wajahnya pun lebih cerah dari biasanya.


Mas Farhan berkata, “akan kita beri nama siapa anak ini nanti? Aku sudah tak sabar untuk melihatnya, jika laki-laki pasti tampan dan jika perempuan pasti cantik dan bersahaja seperti ibunya.”

“Ia mas, jika laki-laki pasti tampan seperti ayahnya. Kalau ternyata ia perempuan aku ingin beri nama Syifa dan kalau laki-laki, aku ingin beri nama Rafi. Bagaimana menurutmu?” tanyaku.

“itu nama yang bagus, aku suka nama Rafi. Kelak aku akan melihat anak ini tumbuh dengan baik dibawah bimbinganmu sayang. Semoga anak ini akan berbakti pada orang tuanya, taat pada agama dan menjadi anak yang soleh/solehah.” Kata mas Farhan.

“Amin mas…, tetapi anak ini kan belum lahir, kenapa kau memberi banyak sekali doa untuknya sekarang?” tanyaku heran.

“ya tidak apa-apa kan?” ia menjawab sambil tersenyum.

“hhhmmm…”

“kenapa? Aku begitu senang hari ini, aku akan melihat anakku lahir dalam pelukkanmu yang hangat dan dalam bimbinganmu yang bijaksana.” Katanya.

“iya aku mengerti, tetaplah disini, karena aku membutuhkanmu.” Kataku.

“tentu saja, aku akan selalu ada dimanapun kau berada, aku ada di hatimu dan kau ada di hatiku.” Ia membangkitkan semangatku dengan ucapannya yang begitu halus.


Akhirnya tiba bagiku memasuki ruang operasi itu. Tadinya mas Farhan sempat menemaniku sebentar di dalam sebelum operasi dimulai. Tetapi karena aku tak kuasa untuk melahirkan secara normal, aku pun melahirkan dengan cara saesar. Dan biaya untuk itu lumayan mahal, mas Farhan harus membayar setengahnya terlebih dulu agar operasinya dapat berjalan lancar, sedangkan ia tidak membawa uang sebanyak itu dalam dompetnya dan kartu kreditnya pun tertinggal di rumah. Akhirnya ia pun kembali ke rumah untuk mengambil uang dan kartu kredit, aku pun sedang di operasi saesar ketika itu. Dan dalam perjalanan kembali menuju rumah sakit, lelaki yang selama ini ada di sampingku, yang menyayangi dan mencintaiku itu menghadap Sang Ilahi karena mobil yang di kendarainya ditabrak oleh truk pengangkut bahan bangunan yang ketika itu sang supir sedang lelah dalam mengemudi. Mas Farhan meninggal seketika di tempat kejadian. Dan dalam waktu yang bersamaan dengan meninggalnya mas Farhan yaitu pukul 12.00 WIB, anak kami lahir dalam keadaan sehat. Ia laki-laki dan ketika itu aku belum mengetahui bahwa mas Farhan telah tiada. Satu jam kemudian, ketika aku sudah sedikit tersadar, aku diberitahu oleh orang tuaku bahwa mas Farhan meninggal dunia. Betapa sedih dan hancur hati ini mendengar kabar itu. Bagaikan di terpa badai yang sangat kencang. Aku mendapat musibah dan karunia di saat yang bersamaan. Tetapi aku hanya bisa pasrah atas keadaanku. Aku tersadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bayi kami kuberi nama Rafi, sesuai keinginan almarhum mas Farhan. Aku akan tetap menjaga dan membimbing anak ini sebaik mungkin agar kelak tumbuh seperti ayahnya dan berbakti pada orang tuanya, taat pada agama dan menjadi anak yang soleh seperti doa almarhum mas Farhan.


Kini aku hanya termenung di dalam kamarku sambil menatap Rafi yang kini mulai terlelap dan berumur 7 bulan. Dalam hatiku aku bertanya, apakah kau melihatnya mas? Rafi yang kini ada dipelukanku akan aku jaga dan besarkan dia sebaik mungkin. Ia benar-benar tampan dan mirip denganmu. Akan aku bawa ia menjadi anak yang soleh dan taat pada Rabb-nya. Dan insya Allah kelak kita akan berkumpul bersama-sama lagi menjadi sebuah keluarga yang utuh di istana permata-Nya di surga.

2 komentar:

  1. Bagus, menyentuh hati sya, mirip.. Pudarnya Pesona Cleopatra.. tpi ini versi akhwatnya

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah klo bagus,, sebenernya ini tugas cerpen bahasa indonesia kls 3 SMA ,, hehe

    BalasHapus